Seminar Nasional Inkubasi Bisnis & Investasi “Creating Startup Vs Job Career For Better Future”

Dalam beberapa tahun terakhir, minat generasi muda terhadap dunia startup semakin meningkat. Banyak lulusan perguruan tinggi kini dihadapkan pada dua pilihan besar dalam membangun masa depan: menciptakan startup sendiri atau meniti karier di perusahaan mapan. Kedua jalur ini memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing yang patut dipertimbangkan secara matang.

Berdasarkan laporan dari Global Entrepreneurship Monitor (GEM) 2024, Indonesia mencatatkan tingkat aktivitas kewirausahaan sebesar 14,5%, lebih tinggi dibandingkan rata-rata Asia Tenggara sebesar 11,2%. Hal ini menunjukkan bahwa semangat membangun bisnis sendiri semakin tumbuh di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda. Namun, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024 juga menunjukkan bahwa sektor ketenagakerjaan formal masih mendominasi, dengan lebih dari 54% tenaga kerja Indonesia bekerja di sektor formal, seperti perusahaan swasta dan lembaga pemerintah.

Menyadari potensi dan tantangan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa mengadakan Webinar dengan Judul Creating Startup Vs Job Career For Better Future melalui platform Zoom pada tanggal 17 April 2025. Sigit Pramono Hadi, M.Si selaku Ketua Program Studi Manajemen STIE Kasih Bangsa membuka webinar ini dengan penuh semangat. Webinar ini menghadirkan 2 (dua) Narasumber hebat yaitu Sri Hidayah dan Budi Prasetiyo 

Sigit Pramono Hadi menyampaikan dalam pembukaan webinar bahwa dalam era digital dan ekonomi kreatif yang berkembang pesat, generasi muda dihadapkan pada dua pilihan besar dalam menata masa depan: membangun perusahaan rintisan (startup) atau mengejar karier profesional di perusahaan mapan. Keduanya menawarkan jalur yang menjanjikan, namun dengan risiko dan keuntungan yang berbeda. Menurut data dari Startup Genome Report 2024, sebanyak 90% startup gagal dalam tiga tahun pertama operasional. Namun, laporan yang sama menunjukkan bahwa startup yang berhasil dapat tumbuh dengan rata-rata valuasi 5 kali lipat lebih cepat dibandingkan bisnis konvensional. Sementara itu, Laporan World Economic Forum 2024 mencatat bahwa karier profesional di sektor teknologi, keuangan, dan kesehatan tetap menunjukkan pertumbuhan positif, dengan stabilitas pendapatan dan tunjangan kerja sebagai daya tarik utama. Dalam era digital yang terus berkembang, pilihan antara membangun startup sendiri atau meniti karier di perusahaan menjadi pertimbangan besar bagi generasi muda Indonesia. Kedua jalur ini menawarkan potensi masa depan yang cerah, namun dengan risiko dan tantangan yang berbeda. “Kewirausahaan adalah jalan yang bisa membawa pada kebebasan finansial dan inovasi, tapi angka kegagalannya tinggi. Lebih dari 70% startup gagal di tiga tahun pertama,” ujar Ibu Sri Hidayah 

Membangun startup dianggap sebagai jalur ekspres menuju kebebasan finansial dan kreatif. Banyak anak muda terinspirasi oleh kisah sukses para pendiri unicorn seperti Gojek, Tokopedia, hingga startup teknologi global seperti Airbnb dan Stripe.

“Startup menawarkan ruang eksplorasi yang luas, di mana ide-ide segar bisa langsung dieksekusi,” ujar Budi Prasetiyo. “Namun, realitanya, lebih dari 70% startup gagal dalam tiga tahun pertama.”

Risiko kegagalan yang tinggi, ketidakpastian pendanaan, serta tekanan kerja yang intens menjadi tantangan utama. Namun, bagi mereka yang berani mengambil risiko, potensi keuntungan jangka panjang bisa sangat besar. Di sisi lain, meniti karier di perusahaan menawarkan stabilitas, pengembangan diri secara terstruktur, dan peluang untuk belajar dari para profesional berpengalaman. Banyak fresh graduate memilih jalur ini untuk membangun fondasi keterampilan dan jaringan kerja yang solid. “Bekerja di perusahaan besar memberikan saya pemahaman mendalam soal bagaimana bisnis dijalankan dengan skala besar,” kata Sri Hidayah. “Ini menjadi bekal berharga, bahkan jika suatu hari saya ingin membangun usaha sendiri.” Karier profesional juga memberi akses pada benefit seperti tunjangan kesehatan, jaminan pensiun, dan pelatihan formal yang jarang tersedia di startup kecil. Menariknya, saat ini mulai muncul tren baru di kalangan profesional muda: menggabungkan keduanya. Banyak karyawan yang merintis bisnis kecil di luar jam kerja, memanfaatkan fleksibilitas kerja remote dan teknologi digital untuk mengelola usaha sampingan. Fenomena ini dikenal dengan istilah side hustle, di mana seseorang tetap menjalankan pekerjaan profesional, namun sekaligus mencoba membangun bisnis kecil atau bahkan startup digital. Dengan pendekatan ini, mereka bisa menikmati keamanan dari pekerjaan tetap, sekaligus mengejar mimpi wirausaha secara bertahap. Memilih antara membangun startup atau mengejar karier bukan soal benar atau salah, melainkan tentang memahami karakter, tujuan hidup, dan toleransi terhadap risiko. Setiap individu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan masing-masing jalur, serta mempertimbangkan opsi hybrid—misalnya bekerja sambil merintis usaha sampingan. Yang pasti, masa depan akan dimenangkan oleh mereka yang terus belajar, adaptif, dan berani mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai hidupnya. Pada akhirnya, tidak ada satu jawaban mutlak untuk menentukan apakah membangun startup atau mengejar karier profesional adalah pilihan terbaik. Semua tergantung pada tujuan hidup, profil risiko, kepribadian, dan sumber daya yang dimiliki. Startup cocok untuk mereka yang berani mengambil risiko, punya visi jangka panjang, dan ingin membangun sesuatu dari nol. Sementara karier profesional ideal bagi mereka yang menghargai struktur, stabilitas, dan ingin berkembang dalam sistem yang terorganisir. Apa pun pilihanmu, yang terpenting adalah memiliki rencana, terus belajar, dan terbuka terhadap kemungkinan baru. Masa depan tidak ditentukan oleh jalur yang dipilih, tetapi oleh bagaimana kita menjalani jalur tersebut dengan tekun dan cerdas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.