Seminar Nasional Inkubasi Bisnis & Investasi “Digital Technology & Startup”

Seminar Inkubasi Bisnis & Investasi; Digital Technology & StartUp [Jakarta Barat, 15 April 2025 — Mahasiswa STIE Kasih Bangsa sukses menyelenggarakan Webinar Nsional Inkubasi Bisnis & Investasi; Digital Technology & StartUp.] Di tengah perkembangan zaman yang semakin pesat, digital teknologi telah menjadi tulang punggung dari hampir seluruh aktivitas manusia. Mulai dari komunikasi, transportasi, pendidikan, hingga sektor ekonomi, semuanya mengalami transformasi besar-besaran akibat digitalisasi. Teknologi digital bukan hanya sebatas penggunaan perangkat elektronik, tetapi lebih dalam mencakup sistem informasi, kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), cloud computing, dan data analitik yang kini menjadi bagian penting dari kehidupan sehari hari. Salah satu dampak nyata dari kemajuan teknologi digital adalah munculnya berbagai startup atau perusahaan rintisan yang mengandalkan teknologi sebagai solusi inovatif. Startup startup ini tumbuh di berbagai sektor, mulai dari keuangan (fintech), pendidikan (edtech), kesehatan (healthtech), hingga pertanian (agritech). Di Indonesia sendiri, ekosistem startup menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, bahkan melahirkan beberapa unicorn—startup dengan valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS—seperti Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Kondisi saat ini yang masih dalam pemulihan pasca pandemi COVID-19 justru memperkuat posisi digital teknologi dan startup. Masyarakat menjadi lebih terbiasa melakukan aktivitas secara daring, seperti belanja online, belajar dari rumah, dan bekerja secara remote. Hal ini menciptakan peluang besar bagi startup untuk terus berinovasi dan menyesuaikan produk atau layanan mereka dengan kebutuhan pasar yang dinamis. Namun, di balik peluang tersebut, terdapat tantangan besar seperti persaingan pasar yang ketat, kebutuhan pendanaan yang berkelanjutan, dan pentingnya membangun kepercayaan pengguna. Oleh karena itu, para pelaku startup dituntut tidak hanya cerdas dalam hal teknologi, tetapi juga adaptif, kreatif, dan mampu memahami perilaku konsumen secara mendalam. Menyadari potensi dan tantangan ini, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Kasih Bangsa mengadakan Webinar dengan Judul Digital Technology & StartUp yang diselenggarakan pada selasa 15 April 2025 melalui platform Zoom. Webinar “Digital Technology & Startup” ini ditujukan untuk mahasiswa, pelajar, pelaku UMKM, calon wirausahawan, dosen, serta masyarakat umum yang tertarik dengan dunia teknologi digital dan kewirausahaan. Kegiatan ini bertujuan memberikan wawasan dan inspirasi mengenai pemanfaatan teknologi sebagai peluang usaha, serta membekali peserta dengan pengetahuan praktis dalam membangun startup yang inovatif dan berkelanjutan.

Bapak A Sigit Pramono Hadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Manajemen STIE Kasih Bangsa membuka Webinar ke-15 ini dengan penuh semangat. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa perkembangan startup dan teknologi digital saat ini menuntut perusahaan untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan bisnis semata, tetapi juga pada tanggung jawab sosial dan lingkungan, yang dikenal dengan prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance). Isu keberlanjutan dan pemanfaatan teknologi digital menjadi semakin relevan di era industri 4.0 ini, di mana inovasi harus sejalan dengan nilai sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, webinar ini menjadi momen penting untuk membahas bagaimana startup dapat tumbuh dengan tetap menjaga prinsip keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. Selain Bapak Sigit Pramono Hadi M. SI terdapat dua narasumber yang berpengalaman yaitu Bapak Made Leo RadhityaS. KOM MM dan Bapak Budi Agus Santoso A.MD Keduaanya membagikan pengetahuan dan pengalaman mereka kepada para peserta seminar tentang Digital Technology & StartUp.

Bapak Made Leo Radhitya memberikan tinjauan global dan futuristik terhadap perkembangan teknologi digital dan startup, dengan membingkai evolusi inovasi dari 2010 hingga prediksi tahun 2030. Made Leo mengadopsi pendekatan akademik dan strategis yang kaya data dan reflektif terhadap perubahan besar dalam lanskap teknologi global. Dimulai dengan pemetaan fase perkembangan teknologi (2010–2025), presentasi ini menunjukkan bagaimana mobile apps, cloud computing, AI, blockchain, hingga metaverse dan Web3 membentuk transformasi digital secara bertahap. Statistik global memperkuat relevansi topik ini, dengan nilai pendanaan startup mencapai $445 miliar pada tahun 2022 dan munculnya lebih dari 8.000 unicorn di seluruh dunia. Peluang besar terlihat dalam demokratisasi teknologi, rendahnya hambatan masuk pasar, dan ekosistem terbuka. Teknologi teknologi kunci seperti AI, blockchain, IoT, dan 5G disebut sebagai pilar utama inovasi. Empat sektor unggulan untuk startup juga dijelaskan secara mendalam: Fintech, Healthtech, Edtech, dan GreenTech, dengan nilai pasar yang sangat menjanjikan. Studi kasus GoTo Group digunakan sebagai contoh pertumbuhan startup dari ide sederhana hingga menjadi unicorn senilai $28 miliar. Ini menunjukkan pentingnya ekspansi strategis dan penggunaan data dalam pengambilan keputusan bisnis. Made Leo juga menekankan transformasi model bisnis digital dari yang tradisional menjadi berlangganan (subscription), berbasis platform, dan akhirnya menjadi model yang digerakkan oleh data (data-driven). Strategi pemasaran juga telah beralih ke media sosial dan marketplace digital, dengan efektivitas biaya dan ROI yang lebih tinggi dibandingkan saluran tradisional. Namun, tantangan juga dijabarkan secara lugas: dari cepatnya perubahan teknologi, isu keamanan siber, ekspektasi pengguna yang tinggi, hingga kesulitan dalam pendanaan dan ketatnya regulasi. Permasalahan kesenjangan talenta digital dan kompleksitas kepatuhan terhadap aturan global seperti GDPR dan UU PDP Indonesia juga ditekankan sebagai isu krusial. Di bagian akhir, presentasi menekankan pentingnya membangun ketahanan startup dengan pendekatan agile, cloud-based, dan berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan (inkubator, akselerator, akademisi). Ada penekanan pada budaya inovasi yang berkelanjutan, eksperimen, dan orientasi pada pengguna. Prediksi masa depan hingga 2030 mengarah pada dominasi AI, keberlanjutan, pengalaman immersive melalui AR/VR, dan kemajuan bioteknologi.

Budi Agus Santoso Presentasi ini berfokus pada dinamika ekosistem startup digital di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2019–2024), dengan menyoroti peran penting adopsi teknologi, dukungan pemerintah, dan tantangan besar yang dihadapi para pelaku industri rintisan. Diawali dengan penggambaran bagaimana startup berbasis teknologi telah menjadi penggerak utama ekonomi digital Indonesia, presentasi ini menekankan pada munculnya tren teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), otomatisasi, e-commerce, fintech, dan sustainability tech. Contoh seperti Kata.ai dan IndoHRM untuk AI, serta eFishery dan Waste4Change untuk teknologi berkelanjutan, menunjukkan bahwa transformasi digital tidak hanya mengubah cara bisnis berjalan, tetapi juga menimbulkan tantangan baru, terutama dalam hal etika, regulasi, dan ketahanan model bisnis. Kemudian, presentasi ini menyoroti bagaimana dukungan dari kementerian di Indonesia—termasuk Kemenkop UKM, Kemenperin, Kominfo, Kemendikbud, dan BKPM—telah mempercepat pertumbuhan startup melalui program seperti “1000 Startup Digital”, insentif pajak, serta pendanaan dan pelatihan SDM. Namun, dibalik pertumbuhan pesat, tantangan besar seperti “funding winter” yang terjadi sejak 2023 dan gelombang PHK massal pada startup-startup besar menjadi bukti bahwa skala bukanlah jaminan keberhasilan. Ditekankan bahwa banyak startup yang tumbang karena strategi ekspansi yang terlalu agresif tanpa dasar keuangan yang kuat, seperti yang terjadi pada Sorabel dan Orami. Pentingnya legalitas dan struktur bisnis juga dibahas secara spesifik. Pemahaman mendalam tentang bentuk hukum (PT, NIB, PSE), serta pengelolaan hak kekayaan intelektual menjadi landasan penting agar startup bisa bertahan dan berkembang. Strategi diferensiasi dan spesialisasi bisnis sangat ditekankan, dengan menghindari model “palugada” dan fokus pada keunggulan kompetitif. Bagian akhir presentasi mendorong audiens untuk mengenali perannya masing-masing dalam dunia startup—baik sebagai teknolog, pemasar, akademisi, atau akuntan—dan pentingnya membangun dari awal dengan pendekatan yang benar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.